RANGKUMAN
TENTANG KERAJAAN SAMUDRA PASAI DAN ACEH
Samudera Pasai
Pedagang Persia,
Gujarat, dan Arab pada awal abad ke-12 membawa ajaran Islam aliran Syiah ke
pantai Timur Sumatera, terutama di negera Perlak dan Pasai. Saat itu aliran
Syiah berkembang di Persia dan Hindustan apalagi Dinasti Fatimiah sebagai
penganut Islam aliran Syiah sedang berkuasa di Mesir.
Mereka berdagang dan
menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah
kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan Dinasti Mamluk
yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir,
begitu pula di pantai Timur Sumatera.
Utusan Mamluk yang
bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai,
dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut
aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i. Sultan Malikul Saleh digantikan
oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Zahir, sedangkan putra
keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali
menganut aliran Syiah. Saat Majapahit melakukan perluasan imperium ke seluruh
Nusantara, Pasai berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Berikut ini adalah
urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
(a) Sultan Malik as
Saleh (Malikul Saleh).
(b) Sultan Malikul
Zahir, meninggal tahun 1326.
(c) Sultan Muhammad,
wafat tahun 1354.
(d) Sultan Ahmad
Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
(e) Sultan Zainal
Abidin, meninggal tahun 1405.
(f) Sultanah Bahiah
(puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.
Adanya Samudera Pasai
ini diperkuat oleh catatan Ibnu Batutah, sejarawan dari Maroko. Kronik
dari orang-orang Cina pun membuktikan hal ini. Menurut Ibnu Batutah, Samudera
Pasai merupakan pusat studi Islam. Ia berkunjung ke kerajaan ini pada tahun
1345-1346. Ibnu Batutah menyebutnya sebagai “Sumutrah”, ejaannya untuk
nama Samudera, yang kemudian menjadi Sumatera.
Ketika singgah di
pelabuhan Pasai, Batutah dijemput oleh laksamana muda dari Pasai bernama
Bohruz. Lalu laksmana tersebut memberitakan kedatangan Batutah kepada Raja. Ia
diundang ke Istana dan bertemu dengan Sultan Muhammad, cucu Malik as-Saleh.
Batutah singgah sebentar di Samudera Pasai dari Delhi, India, untuk melanjutkan
pelayarannya ke Cina.
Sultan Pasai ini diberitakan
melakukan hubungan dengan Sultan Mahmud di Delhi dan Kesultanan Usmani Ottoman.
Diberitakan pula, bahwa terdapat pegawai yang berasal dari Isfahan (Kerajaan
Safawi) yang mengabdi di istana Pasai. Oleh karena itu, karya sastra dari
Persia begitu populer di Samudera Pasai ini. Untuk selanjutnya, bentuk sastra
Persia ini berpengaruh terhadap bentuk kesusastraan Melayu kemudian hari.
Berdasarkan catatan
Batutah, Islam telah ada di Samudera Pasai sejak seabad yang lalu, jadi sekitar
abad ke-12 M. Raja dan rakyat Samudera Pasai mengikuti Mazhab Syafei. Setelah
setahun di Pasai, Batutah segera melanjutkan pelayarannya ke Cina, dan kembali
ke Samudera Pasai lagi pada tahun 1347.
Bukti lain dari
keberadaan Pasai adalah ditemukannya mata uang dirham sebagai alat-tukar
dagang. Pada mata uang ini tertulis nama para sultan yang memerintah Kerajaan.
Nama-nama sultan(memerintah dari abad ke-14 hingga 15) yang tercetak pada mata
uang tersebut di antaranya: Sultan Alauddin, Mansur Malik Zahir, Abu Zaid Malik
Zahir, Muhammad Malik Zahir, Ahmad Malik Zahir, dan Abdullah Malik Zahir.
Pada abad ke-16,
bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera
Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi
kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang
menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.
Kehidupan
Sosial-Ekonomi Masyarakat Samudera Pasai
A. Kehidupan Ekonomi
Menurunnya peranan
kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka bersamaan dengan berdirinya Kerajaan
Samudera Pasai. Di bawah kekuasaan Samudera Pasai, jalur perdagangan di Selat
Malaka berkembang pesat. Banyak pedagang-pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat
yang berlabuh di Pidie, Perlak dan Pasai. Pada masa raja Hayam Wuruk berkuasa,
Samudera Pasai berada di bawah kendali Majapahit. Walau demikian Samudera Pasai
diberi keleluasan untuk tetap menguasai perdagangan di Selat Malaka.
Belakangan diketahui
bahwa sebagian wilayah dari kerajaan Majapahit sudah memeluk agama Islam. Awal
abad 15 M, Samudera Pasai mengirim utusan untuk membayar upeti kepada Cina
dengan tujuan mempererat hubungan diplomatik dan mengamankan diri dari serangan
kerajaan Siam dari Muangthai. Pada masa kekuasaan Samudera Pasai, uang dirham
sudah dipakai sebagai alat tukar menukar, di salah satu sisi uang tertulis
kalimat Sultan yang Adil. Selama kerajaan-kerajaan Islam berkuasa di
Indonesia, telah banyak terjadi perlawanan yang dilakukan oleh pihak kerajaan
setempat atau “pemberontak” yang tak setuju kaum penjajah Eropa campur tangan
terhadap urusan dalam negeri
Karena letaknya yang
strategis, di Selat Malaka, di tengah jalur perdagangan India, Gujarat, Arab,
dan Cina, Pasai dengan cepat berkembang menjadi besar. Sebagai kerajaan
maritim, Pasai menggantungkan perekonomiannya dari pelayaran dan perdagangan.
Letaknya yang strategis di Selat Malaka membuat kerajaan ini menjadi penghubung
antara pusat-pusat dagang di Nusantara dengan Asia Barat, India, dan Cina.
Salah satu sumber penghasilan kerajaan ini adalah pajak yang dikenakan pada
kapal dagang yang melewati wilayah perairannya.
Berdasarkan catatan Ma
Huan yang singgah di Pasai tahun 1404, meskipun kejayaan Kerajaan Samudera
Pasai mulai redup seiring munculnya Kerajaan Aceh dan Malaka, namun negeri
Pasai ini masih cukup makmur. Ma Huan ini seorang musafir yang mengikuti
pelayaran Laksamana Cheng Ho, pelaut Cina yang muslim, menuju Asia Tenggara
(termasuk ke Jawa).
Ma Huan memberitakan
bahwa kota Pasai ditidaklah bertembok. Tanah dataran rendahnya tidak begitu
subur. Pada hanya ditanam di tanah kering dua kali dalam setahun. Lada, salah
satu hasil rempah-rempah yang banyak diminati pedagang asing, ditanam di
ladang-ladang di daerah gunung.
Berita mengenai
Samudera Pasai juga didapat dari Tome Pires, penjelajah dari Portugis, yang
berada di Malaka pada tahun 1513. Tome Pires menyebutkan bahwa negeri Pasai itu
kaya dan berpenduduk cukup banyak. Di Pasai, ia banyak menjumpai pedagang dari
Rumi (Turki), Arab, Persia, Gujarat, Tamil.
Melayu, Siam
(Thailand), dan Jawa. Begitu pentingnya keberadaan Samudera Pasai sebagai salah
satu pusat perdagangan, tak mengherankan bila ibukotanya yang bernama Samudera
menjadi nama pulau secara keseluruhan, yaitu Sumatera.
B. Kehidupan Agama
Samudera Pasai adalah
dua kerajaan kembar yakni Samudera dan Pasai, kedua-duanya merupakan kerajaan
yang berdekatan. Saat Nazimuddin al-Kamil (laksamana asal Mesir) menetap
di Pasai, kedua kerajaan tersebut dipersatukan dan pemerintahan diatur
menggunakan nilai-nilai Islam. Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan pesisir
sehingga pengaruhnya hanya berada di bagian Timur Sumatera.
Samudera Pasai berjasa
menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok di Sumatera, bahkan menjadi pusat
penyebaran agama. Selain banyaknya orang Arab menetap dan banyak ditemui
persamaan dengan kebudayaan Arab, atas jasa-jasanya menyebarkan agama Islam ke
seluruh pelosok Nusantara wilayah itu dinamakan Serambi Mekah.
C. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus
pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan Malik al Saleh, dan
memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh,
kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan angkatan
perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan
Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295,
Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal
dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra
pasai berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I
mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan ahmad laikudzahir yang
bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348).
D. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur
menurut aturan – aturan dan okum- okum
Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial
masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga
daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
1.
Faktor Intern Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a.
Tidak Ada Pengganti yang Cakap dan Terkenal Setelah Sultan Malik At
Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem
pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat
perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan
Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang
Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak
ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan
terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan
Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri
satu lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan
maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan
oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di
atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam,
seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan
Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan
Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor
kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh.
Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa
Kesultanan Aceh Darussalam.
b.
Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian
Syah malik al Tahir meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Sultan
Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal
Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang akhir abad ke-14 Samudra
Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa terjadinya perebutan kekuasaan,
sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina. Beberapa faktor yang
menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang
dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan
Samudra Pasai. Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian
di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat
pertumpahan darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan Kerajaan
Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta bantuan
kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan meredam pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah
ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang
sebelumnya telah menaklukan Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2.
Faktor Ekstern kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
a.
Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai
mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada sebagai
mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode
1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada
1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh
Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih
Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu
bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara
berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar
tentang kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit
khawatir akan pesatnya kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu
kemudian Gajah Mada mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit untuk
menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang serangan tentara Majapahit,
yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam Samudera Pasai santer
terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan
Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada memulai aksinya pada 1350
dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak
mengalami kegagalan karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan
Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke
laut dan mencari tempat lapang di pantai timur yang tidak terjaga. Di Sungai
Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya dan mendirikan benteng di atas bukit,
yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu
dari jurusan laut dan jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap
pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat
dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan
dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena dihadang oleh tentara
Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang dilakukan lewat jalur laut
justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera
Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan
kemakmuran rakyat Kerajaaan Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada
berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam
rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan berulangkali dan
Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan sebelum akhirnya
perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh Majapahit di
Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih
dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan
perdagangan dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya
pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah
menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di nusantara
semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang
sebelumnya sangat penting dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan
dunia mengalami kemerosotan dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di
Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang
perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka
dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau
dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi
dan peranan Kerajaan Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh
kegiatan perniagaannya menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan
Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi
menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada
1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera Pasai.
b.
Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai
dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan
yang sangat sibuk. Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada
sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai
Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran
internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis,
mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim.
Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan untuk:
1)
Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
2)
Mengurus masalah – masalah perkapalan
3)
Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
4)
Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di
Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai
dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
Dengan beralihnya pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka perekonomian di
Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih strategis dibanding
bandar-bandar di Samudra Pasai.
c.
Serangan Portugis
Orang-orang
Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang lemah ini
karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan)
dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai
runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan
Malaka, yang merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan
menjalin hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke Malaka, karena telah
mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak
didatangi pedagang dari segala penjuru angin. Malaka dikenal sebagai pintu
gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat peranannya sebagai jalan
lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak masuk dan keluar
pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15 dikunjungi oleh
para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan saudagar-saudagar
Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang Portugis.
Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk
menguasai perdagangan melalui selat Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di
bawah pimpinan Diego Lopez de Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis,
bertujuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dengan penguasa-penguasa di
Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu izin
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi semboyan orang-orang
Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya bermotif penyebaran
agama akan tetapi terutama motif ekonomi.
Peninggalan
dari Kerajaan Samudra Pasai
a.
Makam Teungku Yacob
b. Makam
Teungku Peuet Ploh
Peuet
c. Makam
Said Syarif
d. Makam
Teungku Diboih
e. Makam
Batte
Makam ini merupakan situs
peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai. Tokoh utama yang dimakamkan pada
Situs Batee Balee ini adalah Tuhan Perbu yang mangkat tahun 1444 M.
Lokasi di desa Meucat Kecamatan
Samudera ± sebelah Timur Kot Lhokseumawe. Diantara nisan-nisan tersebut ada
yang bertuliskan kaligrafi yang indah yang terdiri dari surat Yasin, Surat Ali
Imran, Surat Al’Araaf, Surat Al-Jaatsiyah dan Surat Al-Hasyr.
KERAJAAN ACEH
Letak : Aceh
Raja-raja yang memerintah :
1. Sultan Ali Mughayatsyah
2. Sultan Iskandar Muda (zaman
keemasan)
3. Sultan Iskandar Thani
Faktor pendukung perkembangan Aceh
1. Letak strategis
2. Malaka jatuh ketangan Portugis
3. Memiliki komoditas ekspor
Penyebab runtuhnya Aceh :
1. Kekalahan Aceh melawan VOC
2. Persaingan antara bangsawan dan ulama
3. Persaingan antara penganut faham Syamsudin as Samatrani dengan Nurudin ar-Raniri
4. Bawahan banyak yang melepaskan diri
Perangkat Pemerintahan
- Balai Rong Sari, yaitu lembaga yang dipimpin oleh Sultan sendiri, yang anggota-anggotanya terdiri dari Hulubalang Empat dan Ulama Tujuh. Lembaga ini bertugas membuat rencana dan penelitian.
- Balai Majlis Mahkamah Rakyat, yaitu lembaga yang dipimpin oleh Kadli Maiikul Adil, yang beranggolakan tujuh puluh tiga orang; kira-kira semacam Dewan Perwakilan Rakyat sekarang.
- Balai Gading, yaitu Lembaga yang dipimpin Wazir Mu'adhdham Orang Kaya Laksamana Seri Perdana Menteri; kira-kira Dewan Menteri atau Kabinet kalau sekarang, termasuk sembilan anggota Majlis Mahkamah Rakyat yang diangkat.
- Balai Furdhah, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal ekonomi, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka; kira-kira Departemen Perdagangan.
- Balai Laksamana, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal angkatan perang, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Laksamana Amirul Harb; kira-kira Departemen Pertahanan.
- Balai Majlis Mahkamah, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal kehakiman/pengadilan, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Seri Raja Panglima Wazir Mizan; kirakira Departemen Kehakiman.
- Balai Baitul Mal, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal keuangan dan perbendaharaan negara, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Orang Kaya Seri Maharaja Bendahara Raja Wazir Dirham; kira-kira Departemen Keuangan.
terima kasieeeh
BalasHapus