Minggu, 08 Juni 2014

RANGKUMAN TUGAS SEJARAH TENTANG KERAJAAN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI



RANGKUMAN TUGAS SEJARAH TENTANG KERAJAAN DI KALIMANTAN DAN SULAWESI 




Kerajaan- kerajaan islam di kalimantan


1. Awal mula perkembangan islam di kalimantan
Pada waktu islam berkembang diseluruh kepulauaan indonesia kerajaan majapahit hindu diperintah oleh brawija putera angka wijaya, yang kemudian mengalami keruntuhan raja yang dirobohkan kerajaan majapahit ialah raden patah dengan delapan menterinya 
yaitu sunan ngampel.sunan giri.sunan drajat, sunan gunung jati. Sunan kudus, ngundung dan sunan demak. Mulai itulah agama islam disebar diseluruh indonesia . yang menjadi islam sesungguhnya adalah haji purwa putera  brawijaya maesa tandrana  dan lari ke cirebon. Dicirebon agama islam disebarkan oleh syech bin maulana malik syech ibrahim yang bergelar sultan gunung jati.
Sedang kan kerajaan isalam dikalimantan   ada dibanjarmasin sejak pangeran samudra atau  pangeran suriansyah alias maruhum ialah: 1. (kerajaan banjar masin tahun 1540 dalam pemerintahan pangeran samudra (yang kemudian di islamkan bernama pangeran suriansyah atau maruhum); (2) kota waringin tahun1620. Sultannya yang pertama ratu bagawan; (3) pasir (tanah grogot) tahun 1600. Didirikan oleh orang arab yamg menikah dengan seorang puteri sultan (puteri  petung); (4) kutei (kutai) tahun 1600. Diperintah oleh raka mahkota; (5) berau dan bulongan tahun 1700, diperintah oleh raja adipati ; (6) pontianak tahun 1450; (7) matan tahun 1743, didirikan oleh seorang arab bernama syarif husin; dan (8) mempawa tahun 1750, juga oleh seorang arab bernama syarif husin.
Mula-mula kerajaan hindu berperang dengan kerajaa islam, tetapi akhirnya kerajaan hindu menyerah , yaitu kerajaan hindu dicandi laras dan candi agung  juga ditanjung  pura dan lain-lain. Sebagian rakyat memeluk agama islam termasuk sebagian rakyat dayak dipantai-pantai. Rakyat dayak yang telah masuk islam , ialah yang sering disebut sebagai  dayak melayu, yang kebanyakkan di kuala kapuas , tumpung laung (barito) dan beberapa kampung melayu, sebenarnya mereka tetap suku dayak , hanya sudah memeluk agama islam.
Pangeran samudra (suriansyah) pernah meminta seorang puteri bernama biang lawai untuk dijadikan istri. Biang lawai, adalah adik patih dadar, patih muhur, dan mengijin perkawinan, hanya dengan perjanjian tidak akan di islamkan.mula-mula oleh pangeran samudra, disanggupi, tetapi sesudah sampai istana, putri itu dikabarkan diislamkan. Kabar tersebut sampai kepada patih muhur bersaudara, menimbulkan amarah patih rumbih dari kahayan , patih muhur dari bakumpai (barito)dengan ilmu gaib, berhasil merampas saudaranya kembali, biang lawai, dari istana sultan dan dibawanya kesungai katan.
Pangeran samudra memerintah balatentaranya untuk mencari perempuan tersebutdipedelaman. Tetapi karena balatentara patihn muhur sangat hebat, maka mundur lah balatentara sultan.
Patih  muhur dan patih rumbih mundur dan membuat pertahanandi taliu dikampung tundai. Sesudah itu mereka mundur lagi membuat pertahanan didanau karam bersebrangan dengan negeri goha kahayan. Mereka menyebrangi danau tersebut dan dipasang dundang, bambu yang diruncingkan dibawah jembatans ehingga   sewktu-wktu jembatan tersebut dapat diputuskan jika balatentara sultan lewatatas jembatan  dan luka-luka terkena bambu yang diruncingkan dibawahnya. Perahu-perahu mereka dapat dirampas  oleh patih rumbih ditengelamkan . sekarang tempat tersebut dinamai berayar yang artinay “berlayar”.
Diantara tempat pertempuran-pertempuran tersebut dengan bentengnya ialah sungai muhur (barito), parabingan, (pangkoh) bukit rawi, tewang pajagen, tewah, hulu kaspuas dan lain-lain.
Tentang tersebarnya agama islam dari banten  kedaerah kalimantan dapat kita baca artikel kerajaan islam dari banten di karang an R. Muchtadi dalam almanak muhamadyah 1357 H (1938) hlm. 166 dan 169, antara lain ditulis : aliudin sultan banten bergelar abu mufakir muhamad aliudin, dia beramah tamah dengan kompeni, dan mendapat kebebasan sisa utang kerajaan banten sebanyak 60.000 ringgit, bekas menempuh landak (tahun 1698 ditentukan , bahwa landak dan sukadana diserahkan pada kompeni. Daerah pantai barat kalimantan diperintah oleh sultan abdurahman yang mendirikan kota pontianak.
Sultan muhamad aliudin hanya berputera seorang saja dan meninggal ketika masih kanak-kanak tahun1786. Sultan zainal abidin dari banten memasuki landak, matan. Tahun 1699. Kapal kompeni /VOC dan 75 pecalang banten berlayar kesukadana diperintahkan oleh sultan agung (pangeran agung), keponakan sultan banten yang bergelar panebahan.
Sultan landak didibantu oleh orang bugis dapat merebut kembali daerahnaya . sehingga panebahan dapat dipukul mundur , dengan keluarganya melarikan diri ke anyer (banten). Landak dipegaruhiselama 80 tahun  (1699-1778).
2. Kesultanan Pasir
Dahulunya rakyat dayak pasir, diperintahkan oleh kepala-kepala dari rakyat dayak sendiri . ada seorang kepala suku dayak yang sangat berpengaruh , yang bernama tamanggung tokio, mengusulkan agar didaerah daerah dikepali oleh sorang kepala suku dan untuk itu diminta sultan yang dekat tempat tinggalnya. Mereka telah berangkat  dengan perahu yang penuh bermuatan emas  dan perak, yang dianugrahkan kepada nya kepada raja yang baru , mereka telah pergi ke utara dan selatan, tetapi tak ada mendapat  seorangpun yang dipandang cakap. Tamanggung tokio sangatlah sedih sampai tidak minum dan makan , kemudian dalam mimpinya ia melihat seorang tua yang berkata kepadanya:
Untuk mendapat raja, baiklah engkau pergi kelaut, dan disitu engkau memperoleh sepotong bambu, yang ruasnya  tarapung apung dilaut  ambilah bambu itu, dan bungkuslah dengan sutra kuning, karena didalam bambu itu ada sebutir telur yang harus dirabun diberi asap dupa, menyan dan garu. Dan dari telur itu nanti akan dilahirkan seorang raja perempuan.
Pada esokkan harinya sesudah dia bangun, tamanggung tokio menuruti pesan perempuan dalam mimpinya . sesudah 3 hari 3 malam telur itu didupakan, maka terbelah dua lah buluh itu dan dari telur itu pecah pula dan dilahirkan seorang bayi puteriyang cantik jelita. Anak itu sama sekali tidak mampu menyusu, setelah berusaha dapatlah ia diberi makanan dengan susu kerbau putih: lambat laun menjadi akil balig.
Puteri inilah yang diangkat jadi raja *(ratu pasir) , dan waktu ia berumur 15 tahun  ia telah dinikahnkan , tetapi malang sekali ia tidak mendapat keturunan sihingga harus diceraikan beberapa kali.
Seterusnya sesudah kawin yang ketujuh kali , belum juga mempunyai anak, kebetulan datang lah seorang arab dari jawa (gresik), terus dikawin kan dengan sang puteri . orang yang dari gresik tersebut dicarinya dukun agar membuang sari bambu yang ada pada sang puteri sehingga bisa melahirkan 2 puteri dan satu putera. Puetri yang tertua dikawinkan dengan seorang  arab yang membawa agama islam dipasir (1600). Yang putera sesudah ibunda mangkat, mengantikan duduk disingasana. Inilah cerita ringkas dari raja pasir, yang berasal dari sebutir telur dan bersuamikan putera arab dari jawa.
3. Kerajaan Bulongan
Sebagaimana diberau , daerah ini dahulunya juga diperintah oleh orang dayak sendiri, bersatu dibawah seorang raja dayak yang bergelar wira, kemudian gelar itu telah dirubah sewaktu orang bugis, melayu dan lainya datang dikalimantan timur. Mereka menyebarkan agama agama islam dan mulai waktu itu raja dan sebagian besar orang-orang dayak memeluk agama islma.
S. maulana muhamadkahar udin, cucu sultan yang pertama dari kerajaan ini pula dipengaruhi oleh berau dan solok yang kerap kali mancoba merampas bulongan atau tidung, sesudah orang-orang dayak dibulongan dengan pemimpin raja nya berperang agak lama barulah lah mereka mendapat kemenangan  dan kemerdekaan lagi  tahun 1700, selagi pangeran adipati berkuasa.
4. kerajaan Tidung
ditanjung palas ( pesisir tidung) timur laut batu tinagat, zaman dulu kala tinggal seorang raja bernama Manteric Gumbang  yang menguasai tidung , solok, bulongan dan kuati. Ia bermata empat, dan kalau tidur dua matanya senantiasa terbuka . ia sangat bengis sehingga rakyatnya ingin sekali membunuhnya . mereka mengajak sultan untuk memerintah orang-orang membuat sebuah peti , sebagi persediaan bilamana diantara keluarga sultan ada yang wafat.
Telah dibuat sebuah peti yang bagus, yang ukuranya 2x2 depa, dan waktu siap seluruhnya, disuruhlah sultan masuk kedalam untuk mencoba , terus peti itu ditutup dan dipaku. Ia memanggil dalam peti , tetapi sia-sia , bahkan sampai tanah disitu turut bergoyang hingga menjadi runtuhnya beberapa rumah disekeliling nya. Setelah tiga hari mangkatlah beliau , dan karena peti itu jatuh kedalam laut , terbawa ombak  ketimur dan gosong-gosong  teluk Nagas dan disitulah peti tadi menjadi pulau bernama pulau diLunung.sesudah mangkatnya raja , terjadilah percekcok kan diantara saudara-saudara nya saling berebut kekuasaan  untuk menguasai berau, solok, bulongan , dan kutai. Akibat dari percekcok itu terbentuklah beberapa kesultanan sendiri-sendiri.
Beberapa  sultan tidung berkuasa atas solok, bulongan, berau, dan kutai. Penduduk tidung dibawah pimpinan sultan bulongan.      
5. Kerajaan Pegatan Dan Pusan
Pada mulanya kerajaan pegatan dan pusan ini pun diperintah oleh oran-orangdaerah sendiri, aka tetapi orang-orang bugis dari sulawesi  banyak yang masuk dikalimantan timur, maka  yang menjadi raja adalah keturunan bugis. Asalnya seorang kaya bernama puwan dekeh, dia sebetulnya bukan keturunan raja ; dia mengawini putri dari waju pada ahun 1830, dan kemudian berserta keluarga dan pengiring-pengiringnya pergi ke kalimantan timur dan mendirikan pegatan.  Sultan  pegatan dari ugis diakui oleh sultan banjarmasin.
Tatkala baginda mangkat maka diganti oleh putranya bernama hasan pangawa, yang telah diberi pangkat raja oleh sultan banjarmasin turun temurun sehingga kepada pangeran abdul karim, yang mangkat tidak ada meninggalkan putera.
6. Kaimantan Barat
Suku dayak dikalimantan barat pada mulanya memunyai pemimpin  sendiri sebagai rajanya, tetapi karena, pengaruh dari luar, jawa-hindu , bugis, melayu makasar kerajaannya dikendalikan orang lain. Bahwa kerajaan sambas berdiri tahun 1521, kemudian dipengaruhi kerajaan johor sehingga beberapa daerahnya diperintah kerajaan johor.
Kerajaan Gowa-Tallo
Sejarah Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) - Pada awalnya, Kerajaan Gowa-Tallo yang lebih dikenal sebagai Kerajaan Makassar terdiri dari beberapa kerajaan yang bercorak Hindu, antara lain, Gowa, Tallo, Wajo, Bone, Soppeng, dan Luwu. Dengan adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, Sultan Alauddin (Raja Gowa) masuk Islam. Setelah raja memeluk Islam, rakyat pun segera ikut memeluk Islam.
Kerajaan Gowa dan Tallo kemudian menjadi satu dan lebih dikenal dengan nama Kerajaan Makassar dengan pemerintahannya yang terkenal adalah Sultan Hasanuddin (1653-1669). Ia berhasil memperluas pengaruh Kerajaan Makassar sampai ke Matos, Bulukamba, Mondar, Sulawesi Utara, Luwu, Butan, Selayar, Sumbawa, dan Lombok. 
Hasanuddin juga berhasil mengembangkan pelabuhannya dan menjadi bandar transito di Indonesia bagian timur pada waktu itu. Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Karena keberaniannya dan semangat perjuangannya, Makassar menjadi kerajaan besar dan berpengaruh terhadap kerajaan di sekitarnya.
Faktor-faktor penyebab Kerajaan Makassar menjadi besar:
1. letaknya strategis, baik sekali untuk pelabuhan; 2. jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang menyebabkan pedagang Islam pindah ke Makassar.
Perkembangan Makassar menyebabkan VOC merasa tersaingi. Makassar tidak tunduk kepada VOC, bahkan Makassar membantu rakyat Maluku melawan VOC. Kondisi ini mendorong VOC untuk berkuasa di Makassar dengan menjalin kerja sama dengan Makassar, tetapi ditolak oleh Hasanuddin. Oleh karena itu, VOC menyerang Makassar dengan membantu Aru Palaka yang telah bermusuhan dengan Makassar. Akibatnya, benteng Borombong dan ibu kota Sombaopu jatuh ke tangan musuh, Hasanuddin ditangkap dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).
Isi Perjanjian Bongaya
1. VOC memperoleh hak monopoli di Makassar. 2. VOC diizinkan mendirikan benteng di Makassar. 3. Makassar harus melepaskan jajahan seperti Bone. 4. Semua bangsa asing diusir dari Makassar, kecuali VOC. 5. Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja. 6. Makassar membayar semua utang perang. 7. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone.
Akibat kekalahannya, peranan Makassar sebagai penguasa pelayaran dan perdagangan berakhir. Sebaliknya, VOC memperoleh tempat yang strategis di Indonesia bagian timur. Rakyat Makassar yang tidak mau menerima Perjanjian Bongaya, seperti Kraeng Galesung dan Monte Merano, melarikan diri ke Mataram. Selanjutnya, untuk memperlemah Makassar, benteng Sombaopu dihancurkan oleh Speelman dan benteng Ujung Pandang dikuasai VOC diganti nama menjadi benteng Ford Roterdam.
Dalam bidang kebudayaan, Makassar sebagai kerajaan yang bersifat maritim sedikit meninggalkan hasil-hasil budaya. Peninggalan budaya Makassar yang menonjol adalah perahu pinisi, lambo, dan bercadik. Dalam bidang sastra, diperkirakan sudah lahir beberapa karya sastra. Hanya saja, karya-karya tersebut tidak sampai ke kita. Tetapi pada saat itu sudah ada sebuah buku tentang hukum laut dan perniagaan, yaitu Ade' Allopiloping Bicaranna Pabbalu'e dan naskah lontar karya Amanna Gappa.
Birokrasi Pemerintahan Makassar Di Sulawesi, ditemukan buku kronik, antara lain, Lontara (himpunan cerita yang memuat silsilah raja-raja Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan sebagainya), Sanggala (himpunan cerita yang memuat silsilah raja-raja Toraja), dan I La Galigo (himpunan cerita yang memuat silsilah raja-raja Bugis). Dari sekian banyak kerajaan di Sulawesi Selatan, ada tiga kerajaan besar, yaitu
1. Kerajaan Gowa, rajanya disebut Sombaya ri Gowa (yang disembah di Gowa); 2. Kerajaan Luwu, rajanya disebut Pajunge ri Luwu atau Mapajunge ri Luwu; 3. Kerajaan Bone, rajanya disebut Mangkau'E ri Bone (yang bertakhta di Bone).
Setelah raja-raja Makassar masuk Islam, mereka bergelar sultan. Dalam menjalankan pemerintahannya, raja dibantu oleh suatu dewan yang disebut Kasuwiyang Salapanga (pangabdi sembilan), kemudian diubah menjadi Bate Salapanga (bendera sembilan). Sebagai pembantu raja yang menjalankan undang-undang pemerintahan, majelis diawasi oleh seorang pemimpin yang disebut Paccalaya (hakim).
Setelah raja, jabatan tertinggi di bawahnya adalah Pabbicarabutta yang dibantu oleh Tumailalang Matowa dan Tumailalang Malolo. Tumailalang Matowa bertugas sebagai pegawai tinggi yang menyampaikan perintah raja kepada majelis Bate Salapanga. Adapun Tumailalang Malolo adalah pegawai tinggi urusan istana. Panglima yang memimpin tentara dalam perang disebut Anrong Guru Lompona Tumakjannangang. Mereka bergelar Karaeng atau Gallareng.
Ada lagi jabatan yang disebut Opu Bali Ranten, yaitu bendahara kerajaan. Selain sebagai bendahara, ia juga mengurus masalah perdagangan dan hubungan ke luar. Bidang agama diurus oleh seorang kadhi yang dibantu oleh imam, khatib, dan bilal.



RANGKUMAN TENTANG KERAJAAN SAMUDRA PASAI DAN ACEH




Samudera Pasai

Pedagang Persia, Gujarat, dan Arab pada awal abad ke-12 membawa ajaran Islam aliran Syiah ke pantai Timur Sumatera, terutama di negera Perlak dan Pasai. Saat itu aliran Syiah berkembang di Persia dan Hindustan apalagi Dinasti Fatimiah sebagai penganut Islam aliran Syiah sedang berkuasa di Mesir.

Mereka berdagang dan menetap di muara Sungai Perlak dan muara Sungai Pasai mendirikan sebuah kesultanan. Dinasti Fatimiah runtuh tahun 1268 dan digantikan Dinasti Mamluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas orang-orang Syiah di Mesir, begitu pula di pantai Timur Sumatera.

Utusan Mamluk yang bernama Syekh Ismail mengangkat Marah Silu menjadi sultan di Pasai, dengan gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang semula menganut aliran Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i. Sultan Malikul Saleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Malikul Zahir, sedangkan putra keduanya yang bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri dan kembali menganut aliran Syiah. Saat Majapahit melakukan perluasan imperium ke seluruh Nusantara, Pasai berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
(a) Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).
(b) Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.
(c) Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.
(d) Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
(e) Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.
(f) Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.

Adanya Samudera Pasai ini diperkuat oleh catatan Ibnu Batutah, sejarawan dari Maroko. Kronik dari orang-orang Cina pun membuktikan hal ini. Menurut Ibnu Batutah, Samudera Pasai merupakan pusat studi Islam. Ia berkunjung ke kerajaan ini pada tahun 1345-1346. Ibnu Batutah menyebutnya sebagai “Sumutrah”, ejaannya untuk nama Samudera, yang kemudian menjadi Sumatera.

Ketika singgah di pelabuhan Pasai, Batutah dijemput oleh laksamana muda dari Pasai bernama Bohruz. Lalu laksmana tersebut memberitakan kedatangan Batutah kepada Raja. Ia diundang ke Istana dan bertemu dengan Sultan Muhammad, cucu Malik as-Saleh. Batutah singgah sebentar di Samudera Pasai dari Delhi, India, untuk melanjutkan pelayarannya ke Cina.

Sultan Pasai ini diberitakan melakukan hubungan dengan Sultan Mahmud di Delhi dan Kesultanan Usmani Ottoman. Diberitakan pula, bahwa terdapat pegawai yang berasal dari Isfahan (Kerajaan Safawi) yang mengabdi di istana Pasai. Oleh karena itu, karya sastra dari Persia begitu populer di Samudera Pasai ini. Untuk selanjutnya, bentuk sastra Persia ini berpengaruh terhadap bentuk kesusastraan Melayu kemudian hari.

Berdasarkan catatan Batutah, Islam telah ada di Samudera Pasai sejak seabad yang lalu, jadi sekitar abad ke-12 M. Raja dan rakyat Samudera Pasai mengikuti Mazhab Syafei. Setelah setahun di Pasai, Batutah segera melanjutkan pelayarannya ke Cina, dan kembali ke Samudera Pasai lagi pada tahun 1347.

Bukti lain dari keberadaan Pasai adalah ditemukannya mata uang dirham sebagai alat-tukar dagang. Pada mata uang ini tertulis nama para sultan yang memerintah Kerajaan. Nama-nama sultan(memerintah dari abad ke-14 hingga 15) yang tercetak pada mata uang tersebut di antaranya: Sultan Alauddin, Mansur Malik Zahir, Abu Zaid Malik Zahir, Muhammad Malik Zahir, Ahmad Malik Zahir, dan Abdullah Malik Zahir.

Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.


Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Samudera Pasai

A. Kehidupan Ekonomi

Menurunnya peranan kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai. Di bawah kekuasaan Samudera Pasai, jalur perdagangan di Selat Malaka berkembang pesat. Banyak pedagang-pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat yang berlabuh di Pidie, Perlak dan Pasai. Pada masa raja Hayam Wuruk berkuasa, Samudera Pasai berada di bawah kendali Majapahit. Walau demikian Samudera Pasai diberi keleluasan untuk tetap menguasai perdagangan di Selat Malaka.

Belakangan diketahui bahwa sebagian wilayah dari kerajaan Majapahit sudah memeluk agama Islam. Awal abad 15 M, Samudera Pasai mengirim utusan untuk membayar upeti kepada Cina dengan tujuan mempererat hubungan diplomatik dan mengamankan diri dari serangan kerajaan Siam dari Muangthai. Pada masa kekuasaan Samudera Pasai, uang dirham sudah dipakai sebagai alat tukar menukar, di salah satu sisi uang tertulis kalimat Sultan yang Adil. Selama kerajaan-kerajaan Islam berkuasa di Indonesia, telah banyak terjadi perlawanan yang dilakukan oleh pihak kerajaan setempat atau “pemberontak” yang tak setuju kaum penjajah Eropa campur tangan terhadap urusan dalam negeri

Karena letaknya yang strategis, di Selat Malaka, di tengah jalur perdagangan India, Gujarat, Arab, dan Cina, Pasai dengan cepat berkembang menjadi besar. Sebagai kerajaan maritim, Pasai menggantungkan perekonomiannya dari pelayaran dan perdagangan. Letaknya yang strategis di Selat Malaka membuat kerajaan ini menjadi penghubung antara pusat-pusat dagang di Nusantara dengan Asia Barat, India, dan Cina. Salah satu sumber penghasilan kerajaan ini adalah pajak yang dikenakan pada kapal dagang yang melewati wilayah perairannya.

Berdasarkan catatan Ma Huan yang singgah di Pasai tahun 1404, meskipun kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai redup seiring munculnya Kerajaan Aceh dan Malaka, namun negeri Pasai ini masih cukup makmur. Ma Huan ini seorang musafir yang mengikuti pelayaran Laksamana Cheng Ho, pelaut Cina yang muslim, menuju Asia Tenggara (termasuk ke Jawa).

Ma Huan memberitakan bahwa kota Pasai ditidaklah bertembok. Tanah dataran rendahnya tidak begitu subur. Pada hanya ditanam di tanah kering dua kali dalam setahun. Lada, salah satu hasil rempah-rempah yang banyak diminati pedagang asing, ditanam di ladang-ladang di daerah gunung.

Berita mengenai Samudera Pasai juga didapat dari Tome Pires, penjelajah dari Portugis, yang berada di Malaka pada tahun 1513. Tome Pires menyebutkan bahwa negeri Pasai itu kaya dan berpenduduk cukup banyak. Di Pasai, ia banyak menjumpai pedagang dari Rumi (Turki), Arab, Persia, Gujarat, Tamil.

Melayu, Siam (Thailand), dan Jawa. Begitu pentingnya keberadaan Samudera Pasai sebagai salah satu pusat perdagangan, tak mengherankan bila ibukotanya yang bernama Samudera menjadi nama pulau secara keseluruhan, yaitu Sumatera.

B. Kehidupan Agama

Samudera Pasai adalah dua kerajaan kembar yakni Samudera dan Pasai, kedua-duanya merupakan kerajaan yang berdekatan. Saat Nazimuddin al-Kamil (laksamana asal Mesir) menetap di Pasai, kedua kerajaan tersebut dipersatukan dan pemerintahan diatur menggunakan nilai-nilai Islam. Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan pesisir sehingga pengaruhnya hanya berada di bagian Timur Sumatera.

Samudera Pasai berjasa menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok di Sumatera, bahkan menjadi pusat penyebaran agama. Selain banyaknya orang Arab menetap dan banyak ditemui persamaan dengan kebudayaan Arab, atas jasa-jasanya menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara wilayah itu dinamakan Serambi Mekah.

C. Kehidupan Politik
Raja pertama samudra pasai sekaligus pendiri kerajaan adalah Marah silu bergelar sultan Malik al Saleh, dan memerintah antara tahun 1285-1297. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Al Saleh, kerajaan tersebut telah memiliki lembaga Negara yang teratur dengan angkatan perang laut dan darat yang kuat, meskipun demikian, secara politik kerajaan Samudra Pasai masih berada dibawah kekuasaan Majapahit. Pada tahun 1295, Sulthan malik al saleh menunjuk anaknya sebagai raja, yang kemudian dikenal dengan Sultan Malik Al Zahir I (1297-1326), Pada masa pemerintahannya samudra pasai berhasail menaklukkan kerajaan islam Perlak.
Setelah sultan Malik Al Zahir I mangkat, Pimpinan kerajaan diserahkan kepada Sultan ahmad laikudzahir yang bergelar Sulthan Malik Al Zahir II (1326-1348).

D. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan okum-  okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.

Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
1.      Faktor  Intern Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai

      a.       Tidak Ada Pengganti  yang Cakap dan Terkenal  Setelah Sultan Malik At Thahrir
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Malik At Tahrir, sistem pemerintahan Samudera Pasai sudah teratur baik, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional. Pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, China, dan Eropa berdatangan ke Samudera Pasai. Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin erat. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada.
Setelah Sultan Malik At Tahrir wafat tidak ada penggantinya yang cakap dalam meminmpin kerajaan Samudra Pasai dan terkenal, sehingga peran penyebaran agama Islam diambil alih oleh kerajaan Aceh.
Kerajaan Samudera Pasai semakin lemah ketika di Aceh berdiri satu lagi kerajaan yang mulai merintis menjadi sebuah peradaban yang besar dan maju. Pemerintahan baru tersebut yakni Kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kesultanan Aceh Darussalam sendiri dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Aceh pada masa pra Islam, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura. Pada 1524, Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah menyerang Kesultanan Samudera Pasai. Akibatnya, pamor kebesaran Kerajaan Samudera Pasai semakin meredup sebelum benar-benar runtuh. Sejak saat itu, Kesultanan Samudera Pasai berada di bawah kendali kuasa Kesultanan Aceh Darussalam.

b.      Terjadi Perebutan kekuasaan
Pada tahun 1349 Sultan Ahmad Bahian Syah malik al Tahir meninggal dunia dan digantikan putranya yang bernama Sultan Zainal Abidin Bahian Syah Malik al-Tahir. Bagaimana pemerintahan Sultan Zainal Abidin ini tidak banyak diketahui. Rupanya menjelang akhir abad ke-14 Samudra Pasai banyak diliputi suasana kekacauan karenaa terjadinya perebutan kekuasaan, sebagai dapat diungkap dari berita-berita Cina. Beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Samudra Pasai, yaitu pemberontakan yang dilakukan sekelompok orang yang ingin memberontak kepada pemerintahan kerajaan Samudra Pasai.  Karena pemberontakan ini, menyebabkan beberapa pertikaian di Kerajaan Samudra Pasai. Sehingga terjadilah perang saudara yang membuat pertumpahan darah yang sia-sia. Untuk mengatasi hal ini, Sultan Kerajaan Samudra Pasai waktu itu melakukan sesuatu hal yang bijak, yaitu meminta bantuan kepada Sultan Malaka untuk segera menengahi dan meredam pemberontakan. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Portugal tahun1521 yang sebelumnya telah menaklukan Malaka tahun 1511, dan kemudian tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh.
2.      Faktor Ekstern kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
      a.       Serangan dari Majapahit Tahun 1339
Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai mengalami ancaman dari Kerajaan Majapahit dengan Gajah Mada sebagai mahapatih. Gajah Mada diangkat sebagai patih di Kahuripan pada periode 1319-1321 Masehi oleh Raja Majapahit yang kala itu dijabat oleh Jayanegara. Pada 1331, Gajah Mada naik pangkat menjadi Mahapatih ketika Majapahit dipimpin oleh Ratu Tribuana Tunggadewi. Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi Mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan Sumpah Palapa, yaitu bahwa Gajah Mada tidak akan menikmati buah palapa sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Mahapatih Gajah Mada rupanya sedikit terusik mendengar kabar tentang kebesaran Kerajaan Samudera Pasai di seberang lautan sana. Majapahit khawatir akan pesatnya kemajuan Kerajaan Samudera Pasai. Oleh karena itu kemudian Gajah Mada mempersiapkan rencana penyerangan Majapahit untuk menaklukkan Samudera Pasai. Desas-desus tentang serangan tentara Majapahit, yang menganut agama Hindu Syiwa, terhadap kerajaan Islam Samudera Pasai santer terdengar di kalangan rakyat di Aceh. Ekspedisi Pamalayu armada perang Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada memulai aksinya pada 1350 dengan beberapa tahapan.
Serangan awal yang dilakukan Majapahit di perbatasan Perlak mengalami kegagalan karena lokasi itu dikawal ketat oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Namun, Gajah Mada tidak membatalkan serangannya. Ia mundur ke laut dan mencari tempat lapang di pantai timur yang tidak terjaga. Di Sungai Gajah, Gajah Mada mendaratkan pasukannya dan mendirikan benteng di atas bukit, yang hingga sekarang dikenal dengan nama Bukit Meutan atau Bukit Gajah Mada.
Gajah Mada menjalankan siasat serangan dua jurusan, yaitu dari jurusan laut dan jurusan darat. Serangan lewat laut dilancarkan terhadap pesisir di Lhokseumawe dan Jambu Air. Sedangkan penyerbuan melalui jalan darat dilakukan lewat Paya Gajah yang terletak di antara Perlak dan Pedawa. Serangan dari darat tersebut ternyata mengalami kegagalan karena dihadang oleh tentara Kesultanan Samudera Pasai. Sementara serangan yang dilakukan lewat jalur laut justru dapat mencapai istana.
Selain alasan faktor politis, serangan Majapahit ke Samudera Pasai dipicu juga karena faktor kepentingan ekonomi. Kemajuan perdagangan dan kemakmuran rakyat Kerajaaan Samudera Pasai telah membuat Gajah Mada berkeinginan untuk dapat menguasai kejayaan itu. Ekspansi Majapahit dalam rangka menguasai wilayah Samudera Pasai telah dilakukan berulangkali dan Kesultanan Samudera Pasai pun masih mampu bertahan sebelum akhirnya perlahan-lahan mulai surut seiring semakin menguatnya pengaruh Majapahit di Selat Malaka.
Hingga menjelang abad ke-16, Kerajaan Samudera Pasai masih dapat mempertahankan peranannya sebagai bandar yang mempunyai kegiatan perdagangan dengan luar negeri. Para ahli sejarah yang menumpahkan minatnya pada perkembangan ekonomi mencatat bahwa Kerajaan Samudera Pasai pernah menempati kedudukan sebagai sentrum kegiatan dagang internasional di nusantara semenjak peranan Kedah berhasil dipatahkan.
Namun, kemudian peranan Kerajaan Samudera Pasai yang sebelumnya sangat penting dalam arus perdagangan di kawasan Asia Tenggara dan dunia mengalami kemerosotan dengan munculnya bandar perdagangan Malaka di Semenanjung Melayu Bandar Malaka segera menjadi primadona dalam bidang perdagangan dan mulai menggeser kedudukan Pasai. Tidak lama setelah Malaka dibangun, kota itu dalam waktu yang singkat segera dibanjiri perantau-perantau dari Jawa.
Akibat kemajuan pesat yang diperoleh Malaka tersebut, posisi dan peranan Kerajaan Samudera Pasai kian lama semakin tersudut, nyaris seluruh kegiatan perniagaannya menjadi kendor dan akhirnya benar-benar patah di tangan Malaka sejak tahun 1450. Apalagi ditambah kedatangan Portugis yang berambisi menguasai perdagangan di Semenanjung Melayu. Orang-orang Portugis yang pada 1521 berhasil menduduki Kesultanan Samudera Pasai.

b.      Berdirinya Bandar Malaka yang Letaknya Lebih Strategis
Tercatat, selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama.
Letak geografis kerajaan samudera pasai terletak di Pantai Timur Pulau Sumatera bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran internasional (Selat Malaka). Letak Kerajaan Samudera Pasai yang strategis, mendukung kreativitas mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar - bandar yang digunakan untuk:
      1)      Menambah perbekalan pelayaran selanjutnya
      2)      Mengurus masalah – masalah perkapalan
      3)      Mengumpulkan barang – barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
      4)      Menyimpan barang – barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.
Namun Setelah kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka. Dengan beralihnya  pusat perdagangan ke Bandar Malaka maka perekonomian di Bandar Malaka menjadi ramai karena letaknya yang lebih strategis dibanding bandar-bandar di Samudra Pasai.

c.       Serangan Portugis
Orang-orang Portugis memanfaatkan keadaan kerajaan Samudra Pasai yang sedang lemah ini karena adanya berbagai perpecahan (kemungkinan karena politik / kekuasaan) dengan menyerang kerajaan Samudra Pasai hingga akhirnya kerajaan Samudra Pasai runtuh. Sebelumnya memang orang-orang Portugis telah menaklukan kerajaan Malaka, yang merupakan kerajaan yang sering membantu kerajaan Samudra Pasai dan menjalin hubungan dengan kerajaan Samudra Pasai.
Orang-orang Portugis datang ke Malaka, karena telah mengetahui bahwa pelabuhan Malaka merupakan pelabuhan transito yang banyak didatangi pedagang dari segala penjuru angin. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Julukan itu diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas bagi pedagang-pedagang asing yang hendak masuk dan keluar pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Malaka pada akhir abad ke-15 dikunjungi oleh para saudagar yang datang dari Arab, India, Asia Tenggara dan saudagar-saudagar Indonesia. Hal ini sangat menarik perhatian orang-orang Portugis.
Maksud Portugis untuk menduduki Malaka adalah untuk menguasai perdagangan melalui selat Malaka.Kedatangan orang-orang Portugis di bawah pimpinan Diego Lopez de Squeira ke Malaka atas perintah raja Portugis, bertujuan untuk membuat perjanjian-perjanjian dengan penguasa-penguasa di Malaka. Perjanjian-perjanjian ini dimaksudkan untuk memperoleh suatu izin perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Jadi semboyan orang-orang Portugis untuk meluaskan daerah pengaruhnya tidak hanya bermotif penyebaran agama akan tetapi terutama motif ekonomi.

Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai
a.  Makam Teungku Yacob
b. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet          
c. Makam Said Syarif
d. Makam Teungku Diboih
e. Makam Batte
Makam ini merupakan situs peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai. Tokoh utama yang dimakamkan pada Situs Batee Balee ini adalah Tuhan Perbu yang mangkat tahun 1444 M.
Lokasi di desa Meucat Kecamatan Samudera ± sebelah Timur Kot Lhokseumawe. Diantara nisan-nisan tersebut ada yang bertuliskan kaligrafi yang indah yang terdiri dari surat Yasin, Surat Ali Imran, Surat Al’Araaf, Surat Al-Jaatsiyah dan Surat Al-Hasyr.



KERAJAAN ACEH


Letak : Aceh
Raja-raja yang memerintah :
1. Sultan Ali Mughayatsyah
2. Sultan Iskandar Muda (zaman
keemasan)
3. Sultan Iskandar Thani

Faktor pendukung perkembangan Aceh
1. Letak strategis
2. Malaka jatuh ketangan Portugis
3. Memiliki komoditas ekspor

Penyebab runtuhnya Aceh :
1. Kekalahan Aceh melawan VOC
2. Persaingan antara bangsawan dan ulama
3. Persaingan antara penganut faham Syamsudin as Samatrani dengan Nurudin ar-Raniri
4. Bawahan banyak yang melepaskan diri

Perangkat Pemerintahan
  • Balai Rong Sari, yaitu lembaga yang dipimpin oleh Sultan sendiri, yang anggota-anggotanya terdiri dari Hulubalang Empat dan Ulama Tujuh. Lembaga ini bertugas membuat rencana dan penelitian.
  • Balai Majlis Mahkamah Rakyat, yaitu lembaga yang dipimpin oleh Kadli Maiikul Adil, yang beranggolakan tujuh puluh tiga orang; kira-kira semacam Dewan Perwakilan Rakyat sekarang.
  • Balai Gading, yaitu Lembaga yang dipimpin Wazir Mu'adhdham Orang Kaya Laksamana Seri Perdana Menteri; kira-kira Dewan Menteri atau Kabinet kalau sekarang, termasuk sembilan anggota Majlis Mahkamah Rakyat yang diangkat.
  • Balai Furdhah, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal ekonomi, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Menteri Seri Paduka; kira-kira Departemen Perdagangan.
  • Balai Laksamana, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal angkatan perang, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Laksamana Amirul Harb; kira-kira Departemen Pertahanan.
  • Balai Majlis Mahkamah, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal kehakiman/pengadilan, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Seri Raja Panglima Wazir Mizan; kirakira Departemen Kehakiman.
  • Balai Baitul Mal, yaitu lembaga yang mengurus hal ihwal keuangan dan perbendaharaan negara, yang dipimpin oleh seorang wazir yang bergelar Orang Kaya Seri Maharaja Bendahara Raja Wazir Dirham; kira-kira Departemen Keuangan.